Thursday, October 3, 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



1.      Psikologi Pendidikan dan Ruang lingkupnya
a.       Psikologi Pendidikan
Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu ‘psyche’ yang artinya “jiwa” dan ‘logos’ yang berarti ‘ilmu” (Mangal, 2008). Dua kata tersebut digabung menjadi  ilmu jiwa. Jadi, Psikologi Pendidikan adalah Ilmu yang berkaitan tentang perilaku manusia dalam setting pendidikan, baik itu proses belajar/ kegiatan mengajar. Harapannya adalah agar muncul pemikiran bahwa Learning is fun (sebuah kebutuhan).
Psikologi belajar lebih khusus menekankan kajian pada proses belajar peserta didik serta hal lain yang menyertainya. Dalam hal ini guru merupakan ujung tombak proses pendidikan, sehingga kemajuan anak banyak ditentukan oleh kemampuan mengajar guru.
Guru perlu memahami kondisi anak didik, apa harapan dan kebutuhan, bagaimana proses belajar terjadi serta bagaimana cara menyesuaikan materi dengan daya tangkap anak. Seorang guru akan dikatakan berhasil mengajar manakala bisa menguasai materi dan mampu memahami kondisi anak didiknya.
b.      Ruang lingkup psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan cakupannya lebih terfokus pada proses belajar siswa. Ruang lingkupnya adalah sebagai berikut:
1.Masalah belajar
·         Hakekat belajar
·         Ciri belajar
·         Wujud belajar
·         Faktor yang mempengaruhi belajar
2.Teori- teori belajar
·         Kelompok teori behaviouristik, seperti kondisioning klasik, kondisioning operan, dan koneksionisme.
·         Kelompok teori kognitivistik, seperti gestalt, observasinal learning.
·         Kelompok teori humanistik, berpusat pada subjek- Carl Rogers dan need theory dari Abraham Maslow.
3.Aspek psikologis ynag terlibat dalam belajar, Meliputi:
·         Persepsi
·         Perhatian
·         Ingatan
·         Kecerdasan
·         Motivasi.
4.Kesulitan- kesulitan belajar yaitu meliputi:
·         Hakekat kesulitan belajar
·         Faktor penyebab kesulitan,
·         Indikasi murid yang mengalami kesulitan,
·         Diagnosis kesulitan belajar.
·          
2.      Perspektif Psikoanalisa
Sigmund Freud adalah orang pertama yang memperkenalkan pendekatan psikoanalisis. Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap perilakunya.  Pemikiran manusia dipengaruhi oleh 3 lapisan kesadaran dan diibaratkan seperti gunung es/ ice berg.




Sigmund freud mengatakan bahwa pikiran manusia dipengaruhi oleh 3 lapisan, dan lapisan yang paling besar adalah lapisan bawah sadar (sub concious)
Fungsi psikologi kita dipengaruhi oleh 3 structure, yaitu:
1.      Id: adalah dorongan- dorongan yang hanya mengejar kesenangan semata (pleasure principle).
2.      Ego: adalah dorongan- dorongan yang menengahi / mengarah ke keadaan yang seimbang(reality principle)
3.      Super Ego: adalah dorongan- dorongan/ kebutuhan untuk mencapai tingkatan sufi( morality)
            Penerapan pendekatan psikoanalisa: berucap dan berfikir dengan cara yang baik (well-formed). Sebaiknya didalam kehidupan kita harus menanamkan well-formed bukann ill-formed.
3.      Perspektif Behaviouristik
a.       Teori behaviouristik
Behaviourisme muncul sebagai kounter balik atas metode analisis introspeksi yang mendominasi bidang psikologi pada awal abad 19 yang dikenalkan oleh Wilhelm Wundt. Teori ini lahir sebagai bentuk ketidaksetujuan atas teori sebelumnya yang dipandang sangat subjektif. Melalui berbagai penelitian dari para tokoh, akhirnya lahir teori yang sangat frontal.
Koch(1964) menyatakan bahwa behaviorisme klasik yang berlangsung dari 1912-1930 memiliki ciri sebagai berikut:
1.      Objektivisme, Menekankan pada perilaku yang dapat diamati secara objektif.
2.      Orientasi S-R (stimulus- respon), ada hubungan yang dekat antara stimulus dan respon. Respon seseorang dari stimulus yang diberikan.
3.      Periferal, syaraf menjadi pertimbangan dalam pola hubungan antara stimulus dengan respon.
4.      Menitik beratkan pada belajar asosianistik, bahwa perilaku terbentuk akibat adanya asosiasi.
5.      Environmentalism, menekankan pengaruh lingkungan terhadap pembentukan perilaku.
Kondisionong klasik
Pavlov menekankan bahwa pada dasarnya suatu respon (perilaku) bisa dimunculkan walau tidak di stimuli oleh rangsang alami atau rangsang ynag sewajarnya menimbulkan perilaku tersebut.
Koneksionisme
Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah proses peningkatan (incremental) bukan insight(aha!). Belajar bersifat langsung dan tidak diperantarai oleh pemikiran atau penalaran.
Operan kondisioning
Skinner membedakan 2 perilaku:
1.      Respondent behavior yaitu perilaku yang stimulusnya diketahui asal- muasalnya.
2.      Operant behavior yaitu perilaku yang tidak diketahui asal- muasalnya.

b.      Reinforcement(pengukuhan)
      Reinforcement adalah metode peningkatan frekuensi atau kekerapan (berlangsungnya) suatu perilaku. Reinforcement berbeda dengan reward. Reward digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang bersifat lebih umum seperti; ibu membelikan es krim karena anaknya berperilaku baik. Reinforcement dikenakan pada  perilaku yang lebih spesifik seperti; Ibu guru memuji siswa yang menjawab pertanyaan. Ada dua proses pengukuhan, yaitu:
·         Pengukuhan positif; Peningkatan perilaku ialah dari menghadirkan stimulus pada siswa atau dengan kata lain pengukuhan positif berarti sesuatu yang dapat meningkatkan atau menimbulkan periaku.
·         Pengukuhan negatifadalah peningkatan perilaku yang dihasilkan dari menghilangkan atau memindahkan sebuah stimulus ataua dengan kata lain menjauhkan sesuatu yang dianggap dapat menurunkan, menghilangkan, atau tidak memunculkan perilaku yang dikehendaki akan timbul atau meningkat.
c.       Implikasi behaviouristik dlam pendidikan
·         Memperhatikan situasi murid.
·         Menentukan respon yang diharapkan dari situasi tersebut.
·         Sengaja menciptakan hubungan antara respon murid dan simulasinya.
·         Perhatikan jangan sampai ada situasi lain yang dapat mengganggu hubungan stimulus-respon.
·         Bila akan menciptakan hubungan baru, jangan membuat yang sejenis.
·         Ciptakan hubungan yang menghasilkan perbuatan nyata.
·         Upayakan suasana belajar yang memungkinkan anak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

4.      Perspektif Kognitif
            Kontruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan hasil kostruksi kita sendiri. Vico, seorang epistemolog italia berpendapat bahwa mengerti berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu(Dikatakan mengetahui jika ia mengetahui unsur- unsurnya). Sementara manusia hanya mengetahui sesuatu setelah yang dikonstruksikannya.
            Piaget menyatakan bahwa pengetahuan kita diperoleh dari adaptasi struktur kognitif seseorang terhadap lingkungannya, seperti suatu organisme beradaptasi dengan lingkungannya agar tetap hidup. Menurut piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga terbentuk pengertian baru.
            Tahap perkembangan kognitif menurut piaget dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu: Asimilasi (pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki), Akomodasi(penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru) dan Ekuilibrasi (penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi).
            Tahap perkembangan kognitif anak:
·         Tahap sensorimotor(lahir- 2 tahun)
·         Tahap praoperasional(2-7 tahun), dibagi 2: Berpikir prekonseptual(2-4 tahun) dan Berpikir intuitif(4-7 tahun).
·         Tahap operasional konkrit(7-11 tahun)
·         Tahap operasional normal(11/12 tahun- 14/15 tahun)
Implikasi teori kognitif
1.      Pola pengajaran di sekolah untuk anak-anak yang berada dalam tahap operasional formal memerlukan alat bantu untuk memudahkan anak memahami materi yang bersifat abstrak. Beberapa strategi yang bisa ditempuh guru ketika mengajar anak yang berada pada tara operasional konkrit (usia 7-11) adalah:
2.      Setelah anak memasuki usia operasional formal, yaitu anak usia SMP/MTs, guru sudah bisa mulai menyisipkan materi pelajaran yang bersifat abstrak. Anakpun mulai dikenalkan dengan masalah dan problem solving terhadap masalah yangbersifat abstrak. Anak usia ini perkembangan kognitifnya mencapai puncak kemajuan. Anak bisa berlaku seolah ilmuwan yang sedang melakukan berbagai cobaan atau ilmuan yang akan melahirkan teori/kaidah-kaiadh baru.
3.      Usia 0-2 tahun, anak berada pada masa sensori motor, dimana sebagian besar aktivitas anak didominasi aktivitas sensoris dan gerak motoris. Pendidikan untuk bayi bisa menyesuaikan tahap perkembangan kognitif anak. Anak usia ini wajar bila terlihat banyak gerak, tidak mau diam, berusaha memanipulasi benda yang ada disekitarnya. Menginjak usia 2 tahun hingga anak masuk TK, perkembangan kogniitf mengalami kemajuan namun masih kaku.
4.      Konsep lain yang dimunculkan Piaget adalah pendapat bahwa anak pada dasarnya memiliki kapasitas tertentu yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan. Dalam proses perkembangan selanjutnya, lingkungan mengambil peran terhadap pertumbuhan dan kemampuan individu mengatasi masalah. Konsep yang ditawarkan Piaget tersebut, menuntut dunia pendidikan menciptakan suasana kondusif, melengkapi sarana hingga memungkinkan anak melakukan penyesuaian antara kondisi dengan tuntutan pendidikan. Harapannya, kondisi equlibrium yang selalu diharapkan anak terwujud.
           
5.      Perspektif Kognitif Sosial
            Teori ini biasa disebut teori imitasi, karena perilaku terbentuk melalui mengamati perilaku orang lain termasuk mengamati terhadap efek dari perilaku orang lain. Teori ini juga dikenal dengan belajar model , karena proses pembentukan perilaku memerlukan model yang dicontoh atau diikuti. Proses belajar seseorang terjadi melalui beberapa cara yaitu imitasi, identifikasi dan belajar melalui model.
Belajar Observational (Albert Bandura)
            Faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu person, environment dan behavior. Interaksi dari tiga aspek tersebut dapat dijelaskan dengan konsep reciprocal determinism.





Implikasi teori kognitif sosial
·         Pola pengajaran di sekolah untuk anak-anak yang berada dalam tahap operasional formal memerlukan alat bantu untuk memudahkan anak memahami materi yang bersifat abstrak.
·         Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu mengajar.
·         Mengusahakan ilustrasi pada bagian materi yang abstrak dengan gambaran nyata yang terjadi dalam kehidupan anak.
·         Memodifikasi materi agar menjadi lebih konkrit.
·         Menyederhanakan materi yang bersifat abstrak sesuai daya tangkap anak.
·         Mengkombinasikan materi dengan benda nyata yang ada di lingkungan anak.
·         Memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk memahami, merasakan dan melakukan sendiri proses belajarnya.

6.      Perspektif Humanistik
            Abraham maslow mempunyai pandangan yang positif tentang manusia, bahwa manusia mempunyai potensiuntuk maju dan berkembang. Manusia pada dasarnya adalah baik, setidaknya tidak jahat. Kemudian maslow meneliti sejumlah orang- orang yang sukses dan dari situ ia memaparkan teri tentang needs, yang mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan.
            Kebutuhan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu basic needs dan  meta needs. Kemudianmaslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari kebutuhan terendah/ dasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri.
Text Box: Self- Actualization
a.       Phsycological needs adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan kelangsungan hidup seperti makan, minum, oksigen dal lain- lain.
b.      Safety needs adalah kebutuhan akan rasa aman, merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan prlu dipenuhi.
c.       Love and belongingness adalah kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan dan merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara afektif dan emosional dengan orang lain.
d.      Self esteem, memiliki dua konsep yaitu rasa harga diri oleh diri sendiri dan penghargaan yang diberikan orang lain terhadap diri seseorang.
e.       Self- Actualization merupakan kebutuhan tertinggi dari semua kebutuhan yang di kemukakan oleh maslow. Kebutuhan ini akan muncul dan terpuaskanmanakala kebutuhan lain dibawahnya sudah terpenuhi.
      Carl Rogersmemiliki pandangan terhadp manusia, yaitu: pada dasarnya manuisa itu baik dan memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang, dapat memahami dirinya sendiri serta dapat mengatasi masalah- masalahnya. Rogers memusatkan kajiannya terhadap potensi- potensi individu, sehingga teorinya dinamakan “client- centered”.
      Pokok- pokok penting dalam teori rogers adalah:
·         Unconditional positive regard,pandangang positif terhadap klien dan menerima klien apa adanya bagaimanapun keadaannya.
·         Tidak mengevaluasi klien, tidak menilai baik atau buruk, salah atau benar, tidak menentang tapi juga tidak menyetujui.
·         Sympathetic ears, yaitu terapi mendengarkan keluhan klien dengan penuh simpati, menunjukkan pemahaman dan penerimaan.
·         Terapis berperan sebagai reflective mind, yaitu memantulkan kembali perasaan klien, memperjelas dan mengklarifikasi perasaan atau pikiran- pikiran klien.
     Perspektif humanistik menganalisis tentang faktor- faktor yang menyebabkan sebuah perilaku terjadi Ini berbeda dengan perspektif- perspektif sebelumnya yang  menitikberatkan pada aktivitas belajar individu. Teori hirarki kebutuhan mengajak para pendidik menyelami berbagai motif beragam anak didik mereka, sedang teori Rogers menuntun bagaimana mengembangkannya agar menjadi kekuatan positif  bagi masing- masing anak.
     Penerapan perspektif humanistik dalam pendidikan
·         Guru perlu mengupayakan kebutuhan dasar agar kebutuhan yang lebih  tinggi dapat terpenuhi juga.
·         Hargai anak sesuai dengan potensi yang dimiliki.
·         Mewujudkan hubungan harmonis dan saling percaya terhadap anak didik.
·         Siswa bebas memilih pengalaman belajarnya
·         Kontrak belajar antara siswa dan guru
·         Latihan inquiri
·         Simulasi (membawa kehidupan nyata dalam kelas)
·         Latihan sensitifitas
·         Pengajaran berprogram

No comments:

Post a Comment